Menjadi Wirausahawan Mandiri
Menjadi wirausahawan mandiri itu perlu dimulai dengan melakukan aktualisasi diri. Kemampuan diri itu harus diidentifikasi untuk kemudian diaktualisasikan sehingga kemampuan itu akan berguna bagi kemajuan kehidupannya.
Oleh: Arda Dinata
MQRA INDONESIA – Abu Darda sahabat Rasulullah saw, usianya sudah sangat tua. Aktivitas sehari-harinya tidak terlepas dari kegiatan bertani dan bercocok tanam. Suatu hari lewat seseorang di depannya. Saat itu Abu Darda sedang menanam pohon asam.
Berkatalah orang itu, “Mengapa kamu menanam pohon itu? Kamu kan sudah lanjut usia, padahal pohon itu akan berbuah dalam rentang waktu amat lama?”
Apa jawab Abu Darda?
“Saya hanya mengharap pahalanya, dan biarlah orang lain yang memakan buahnya,” jawabnya.
Kisah tersebut, telah memberikan banyak inspirasi dan pelajaran bagi mereka yang mampu menangkapnya. Berkait dengan menjadi wirausahawan mandiri, setidaknya dari kisah itu ada dua pesan yang bisa kita tangkap.
Pertama, setiap kita hendaknya dapat mengaktualisasikan diri dalam hidup ini.
Kedua, melalui pemberdayaan diri, maka kita akan memperoleh kesuksesan di kemudian hari. Sukses tidak lain dimaknai sebagai sesuatu yang dapat dinikmati sendiri dan orang lain.
Dalam hal menjadi wirausahawan mandiri, ada hal yang patut disadari oleh pelaku wirausaha, diantarnya adalah berupa karunia Illahi. Apa itu?
Pada diri manusia, setidaknya ada empat karunia Illhi yang patut diberdayakan yaitu kesadaran diri, suara hati, imajinasi kreatif dan kebebasan memilih dan memiliki. Modal ini apabila dapat kita fungsikan secara benar dan tepat, tentu akan membuahkan kesuksesan dalam hidup (termasuk dalam berwirusaha).
Kalau kita sadar, seprti diakui Tatty SB Amran (1997), hidup memang proses memilih, di mana sikap dasar menuju sukses ada tiga langkah, yaitu:
(1) Berani melangkah (memilih untuk mengambil langkah),
(2) Rela melakukan the extra mile (memilih untuk melakukan kegiatan yang memberikan hasil optimal, dan berkorban untuk mencapai hasil terbaik);
(3) Selalu bersikap inside-out (memilih untuk internalisasi yaitu mengapa mencari di luar kendali, jika bisa mendapatkan yang dalam jangkauan diri sendiri).
Bagi sosok wiraushawan mandiri yang sejati, langkah tersebut jelas-jelas akan berdampak pada kesuksesan rajutan dari tampilan aktulisasi diri dalam berwirausaha. Dan kalau diruntut, ternyata aktulisasi diri ini muncul merupakan hasil dari proses belajar yang tiada henti tentang berbagai hal.
Dengan aktivitas belajar secara terus menerus tentang kewirausahaan, maka seorang wiraushawan tentu diharapkan akan terjadi pergeseran sikap mental dan perilaku wirausaha dari mentalitas ingin menjadi worker society bergeser pada “employee.”
Adapun perbedan antara worker dan “employee” adalah:
1. Employee itu terus menerus mengembangkan kemampuannya, sedangkan worker menggunkan siklls yang relatif tetap.