Menghadapi Problematika Hidup
Menghadapi problematika hidup, tidak lain dengan menerima problematika hidup dengan penuh kesabaran. Ibroh problematika hidup menyebabkan manusia dapat memaknai arti sebuah jalan keluar yang diambilnya.
(Arda Dinata)
Oleh: Arda Dinata
MQRA INDONESIA – Keluarga sakinah terbentuk bukan karena kosongnya kesulitan, ujian, dan problematika hidup. Tapi, ia terbentuk karena cara menyikapi dan menghadapi problematika hidup dengan benar ketika menghampirinya.
Adanya problematika hidup menyebabkan manusia dapat memaknai arti sebuah jalan keluar yang diambilnya. Dan agar manusia kreatif dalam mencari, menemukan keputusan yang tepat sebagai jalan keluar bagi problematika hidupnya.
Problematika hidup (dalam kelurga) merupakan sebuah keniscayaan dalam nuansa fluktuatif kehidupan manusia. Keberadaannya membikin hidup lebih hidup. Tidak membosankan.
Bukankah watak manusia selalu bosan dengan kondisi realita yang tidak berubah. Artinya bukan kita bermaksud menantang menghadapi problematika hidup untuk datang, tapi lebih didasarkan agar kita bisa bersikap positif dan benar dalam menghadapinya.
Untuk itu, setiap kita yang ingin membentuk tatanan keluarga sakinah harus mempersiapkan diri sedari awal berupa kemampuan menghadapi berbagai problematika kehidupan. Sosok demikian, tidak lain merupakan wujud dari manusia saleh.
Dalam Islam digambarkan didikan dari manusia saleh ini adalah manusia yang memiliki ketakwaan yang senantiasa mengabdi kepada Tuhannya dan berpegang teguh pada petunjuk Tuhannya.
Di samping itu, ia juga yakin akan tujuan kehidupannya hanya semata-mata mengabdi kepada Allah.
Sosok manusia saleh, diungkap Dr. Syamsul Bahri Andi Galigo, dalam Alquran dan Peningkatan Kwalitas Manusia, adalah manusia yang berakhlakul karimah, lahir dan batin, menjadi percontohan dalam kehidupannya dan mudah memberi pengaruh kepada orang lain dan sulit untuk dipengaruhi karena landasan moralnya berupa hidayah Allah sudah menjadi prinsip dalam kehidupannya (QS. Al-Baqarah [2]: 38).
Totalitas sosok manusia saleh dapat kita temukan dan tercermin pada diri Rasulullah saw. Itulah sebabnya selaku umat Islam, mengapa kita harus menjadikan Nabi Saw sebagai uswah (suri teladan) bagi mereka yang ingin mendapat ridha-Nya.
Lagi pula, dalam Alquran ditegaskan ada beberapa ciri manusia saleh ini. Yaitu memiliki iman, amal saleh, selalu berpesan mempertahankan kebenaran dan tabah menghadapi problematika hidup.
Menurut Ibrahim al-Wazir, dalam Iman dan Amal Saleh diungkapkan bahwa iman dan amal saleh tidak bisa dipisahkan dalam kenyataan hidup. Iman laksana dynamo pada mesin, sedang amal saleh adalah manfaat yang diperoleh dari mesin itu akibat pengaruh dynamo tersebut.
Mempertahankan kebenaran adalah hak asasi setiap manusia yang terpendam di dalam hati sanubari, maksudnya setiap orang cinta kebenaran, namun di dalam kehidupan ini terkadang manusia membohongi dirinya sendiri. Oleh karena itulah, mempertahankan suatu kebenaran –apalagi kebenaran dari Yang Maha Kuasa—jelas menunjukkan sifat mulia yang tidak pernah luput pada diri seorang manusia saleh.