HikmahKeluarga

Belajar Pada Sebuah Batu

Belajar pada sebuah batu, membuat hati kita menjadi malu. Sebuah batu yang merupakan benda mati saja bisa memberikan arti (baca: reaksi) terhadap lingkungannya (air). Apalagi manusia yang memiliki akal dan pikiran, tentu reaksinya lebih dari sebuah batu?

(Arda Dinata)

Oleh: Arda Dinata

MIQRA INDONESIAYuk belajar pada sebuah batu! Suatu pagi, terlihat seorang anak berjalan-jalan di sekitar danau. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh tingkah laku anak yang melemparkan batu kecil ke dalam air danau tersebut.

Dia, sangat senang dan girang terhadap lingkaran riak-riak air yang ditimbulkan batu itu. Lalu, seorang anak yang saya kenal itu bertanya, “Mengapa air itu menjadi melingkar dan apa arti lingkaran itu?”

Belajar Pada Sebuah Batu
Lingkaran riak air karena sebuah batu. Inilah belajar dari sebuah batu.

Mendengar hal itu, saya jadi berpikir dan merenung. Apa makna dari kejadian itu. Yang oleh sebagian orang, mungkin dianggap sepele.

Dan akhirnya saya teringat akan surat Al-Alaq: 1, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” Di sinilah, kita diwajibkan untuk membaca. Baik yang tersurat (Alquran dan hadits) maupun yang tidak tersurat, yaitu yang terjadi pada manusia dan alam sekitarnya.

Makna apa yang dapat diambil dari ayat Allah berupa lingkaran riak-riak air yang ditimbulkan oleh sebuah batu itu?

Kalau kita telaah, lingkaran riak-riak air itu mempunyai makna yang sangat agung dan berguna bagi kehidupan manusia. Sebuah batu yang merupakan benda mati saja bisa memberikan arti (baca: reaksi) terhadap lingkungannya (air). Apalagi manusia yang memiliki akal dan pikiran, tentu reaksinya lebih dari sebuah batu?

**

ALLAH berfirman, “Demi massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103: 1-3).

Allah pertama kali mengatakan Wal-Ashr, demi massa. Dan ini adalah sumpah.

Para ahli tafsir mengatakan, jika Allah bersumpah dengan salah satu makhluknya, hal ini memiliki kedudukan sangat penting dalam struktur dan mekanisme kehidupan manusia. Pada konteks ini, Allah bersumpah dengan waktu, ini menunjukkan bahwa waktu memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia.

Allah mendefinisikan waktu dalam QS. Al-Mulk: 2, “Dia-lah yang menciptakan kematian dan kehidupan, ….” Dalam arti lain, waktu itu meliputi sebelum keberadaan kita di dunia (karena kita sebelumnya belum ada) dan selama kehidupan itu berlangsung.

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (http://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!