Istiqomahlah Kamu Pada Jalan Yang Benar
Bagi kamu yang sering membaca dan mengkaji isi Al-Quran, tentu pernah menemui ayat yang berbicara terkait dengan istiqomah. Sebut satu diantarnya adalah dalam QS. Hud: 112.
“Maka tetaplah (istiqomah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Batasan seperti itulah yang jadi pegangan dalam membangun istiqomah dalam hidup kita sehari-hari. Yakni, tetap ada dalam jalan kebenaran dan tidak melapaui batas.
Lakukan istiqomahlah kamu itu sesuai dengan kadar kemampuan diri kita masing-masing. Bukankah tiap manusia itu unik dan memiliki kemampuan serta keterbatasan masing-masing?
Abu Bakar ash-Shiddiq, menyebutkan istiqomah itu dengan kemurnian tauhid. Tidak menyekutukan Allah dengan apa pun dan siapa pun.
Sementara itu, Umar bin Khattab, mendefinisikan istiqomah dengan komitmen terhadap perintah dan larangan, serta tidak boleh menipu sebagaimana tipuan musang. Sedangkan Utsman bin Affan menyamakan makna istiqomah itu dengan ikhlas beramal kepada Allah.
Pada konteks ini, Ali bin Abu Thalib berkata, “Istiqomah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban.” Hampir sama dengan apa yang dikatakan ayahnya, Hasan bin Ali berkata, “Istiqomah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.”
Jelas sudah istiqomahlah kamu itu terkait mempertahankan keimanan dan akidahnya dalam situasi dan kondisi apa pun. Pada konteks kehidupan, keistiqomahan pada bidang yang sedang kita kerjakan itu berarti boleh bertentangan dengan keimanan dan akidah yang telah jadi keyakinan kita.
Akhirnya, bangunlah istiqomah dalam diri ini, bak batu karang yang mampu tegar menghadang gempuran dahsyat obak (kehidupan) yang datang silih berganti. Jadi, istiqomahlah kamu pada jalan yang benar!
Arda Dinata, Pendiri Majelis Inspirasi Al-Quran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.